Teman teman dapat join group mailing list juga. Click to join KAMI . Dalam carilah tombol join. Ikuti petunjuknya... Selamat bergabung

Sunday, February 27, 2011

Re: [Acc - Com] Constraint Conservatism

 

Halo Supri, waduh, saya njawabnya telat lama bgt, udah jadi dingin ni isunya. Walaupun saya juga masih belum sempat nemu jawabannya. Saya masih belum puas dengan jawaban kenapa conservatism dihapus... Kenapa oh kenapa...

Salam,
Yohanes

--- In acc-com@yahoogroups.com, supri ShadowDio <supri_shadowdio@...> wrote:
>
> Pak Yoh,
>
>
> Pak, saya juga mau join brainstroming-nya, tp, saya blom begitu jelas n mengerti
> ketidakpuasan bapak dimana, bs lebih jelas pak, hehe..maksud ny bapak ngk puas
> conservatism menjadi prudence ato other compr. income tidak sesuai dengan
> constraint prudence?
>
> Thanks,
> Supri
>
>
> ________________________________
> From: Yohanes Handoko <shinji_koko@...>
> To: acc-com@yahoogroups.com
> Sent: Mon, January 31, 2011 4:14:22 PM
> Subject: Re: [Acc - Com] Constraint Conservatism
>
>
> Hallo Ridwan,
> dalam IFRS sudah tidak ada lagi conservatism. Saya sudah tanyakan ke Pak
> Sriyanto(Pakar SAK), katanya konsepnya sekarang prudence bukan lagi
> conservatism. Conservatism itu cenderung konsepnya kalau untung ngakuinnya
> hati2, tapi kalo rugi langsung diakui. Kalau prudence, itu hati2, jadi
> pendapatan atau untung diakui jika memang syarat2nya sudah terpenuhi. Contohnya
> di PSAK Pendapatan, ada syarat2 ketika pendapatan dapat diakui. Ketika
> syarat2nya belum terpenuhi maka tidak dapat diakui. Tapi saya masih kurang puas
> dengan jawaban beliau. Bu Ersa (dosen Unpad - Direktur Teknis IAI) pernah
> menjelaskan bahwa conservatism memang dihapus. Tapi saya juga kurang puas.
> Beberapa waktu lalu, pas saya jadi pembicara di salah satu kampus di Bogor,
> dosen2 banyak yang menanyakan kenapa conservatism sudah tidak dipakai lagi. Saya
> jawab dengan jawaban seadanya tadi.
> Di IFRS yang bertentangan dengan conservatism adalah Other Comprehensive Income.
> Nah, saya masih belum nemu jawaban yang passss & enak sampai hari ini.
>
> Salam,
>
> --- In acc-com@yahoogroups.com, Ridwan Andretya Cunis <genjring_chou@> wrote:
> >
> > Dear Mr Handoko,
> >
> > Constraints conservatism ini saya liat masih banyak kita pakai pak baik dalam
> > lingkup akuntan perusahaan maupun akuntan publik.
> > Salah satu contoh penggunaan constraints conservatism ini spt pencadangan biaya
> >
> > seperti allowances for bad debt, allowances for inventory obsolescence,
> > post-employment benefit obligation. Selain itu penilaian inventory menggunakan
>
> > LOCOM (lower of cost or market) juga merupakan salah satu bentuk aplikasi
> > conservatism.
> >
> > Constraint conservatism pada dasarnya menjelaskan jika akuntan menghadapi
> > pilihan yang membingungkan, maka akuntan akan memilih pilihan yang kurang
> > menguntungkan. Peristiwa pencadangan biaya seperti piutang tak tertagih ini
> > akan menjadi 1 masalah yang dihadapi para akuntan apakah mau mencadangkan
> > piutangnya apa tidak. Jika dihadapi hal ini, akuntan sendiri tidak yakin dan
> > bingung, maka akuntan dapat memilih opsi untuk menggunakan conservatism, yaitu
>
> > melakukan pencadangan biaya piutang tak tertagih yang tentunya akan menurunkan
>
> > laba.
> >
> > Penggunaan Allowances dan LOCOM ini saya lihat masih sering dipakai pak,
> > terutama untuk perusahaan publik maupun dalam kantor akuntan publik. hehehe...
>
> > Kalau ditinjau dari IFRS nya apakah ada contoh penerapan yang lain pak?
> >
> > Thanks & Regard,
> >
> >
> > Ridwan Andretya Cunis
> > Luminous Development Core
> >
> >
> >
> >
> > ________________________________
> > From: Yohanes Handoko <shinji_koko@>
> > To: acc-com@yahoogroups.com
> > Sent: Wednesday, January 26, 2011 21:09:24
> > Subject: [Acc - Com] Constraint Conservatism
> >
> >
> > Fyuh, sudah berbulan-bulan tidak melihat forum ini, ternyata mantap juga
> > diskusi2nya. Saya mau mengajak brainstorming sejenak, mengenai constraint
> > conservatism under IFRS. Saya lihat constraint ini sudah tidak digunakan lagi
> >di
> >
> > mana-mana. Kenapa demikian?
> >
>

__._,_.___
Recent Activity:
Best Regard
Accounting community
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.

.

__,_._,___

Tuesday, February 22, 2011

[Acc - Com] Ringkasan tarif UU No 36 tahun 2008

 

Dear All Acc Com Member,

Tulisan ini saya ambil dari Website www.pajak.go.id dengan sumber dari detik finance. Sekedar untuk sharing atas tarif pajak penghasilan UU No 36 tahun 2008 dan alasan perubahan tarif tersebut.

Berikut pokok-pokok pikiran dalam UU Pajak Penghasilan (PPh) No 36 Tahun 2008 yang telah disahkan oleh DPR, di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (2/9/2008).

1.    Penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh)
       Penurunan tarif PPh dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tarif PPh yang berlaku di negara-negara tetangga yang relatif lebih rendah,
       meningkatkan daya saing di dalam negeri, mengurangi beban pajak dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (WP).

        a.
    Bagi WP orang pribadi, tarif PPh tertinggi diturunkan dari 35% menjadi 30% dan menyederhanakan lapisan tarif dari 5 lapisan menjadi 4
               lapisan, namun memperluas masing-masing lapisan penghasilan kena pajak (income bracket), yaitu lapisan tertinggi dari sebesar Rp 200 juta
               menjadi Rp 500 juta.

        b.    Bagi WP badan, tarif PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan, yaitu 10%, 15% dan 30% menjadi tarif tunggal 28% di tahun 2009 dan 25%
               tahun 2010.

               Penerapan tarif tunggal dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan prinsip kesederhanaan dan international best practice. Selain itu, bagi WP
               badan yang telah go public diberikan pengurangan tarif 5% dari tarif normal dengan kriteria paling sedikit 40% saham dimiliki oleh
               masyarakat. Insentif tersebut diharapkan dapat mendorong lebih banyak perusahaan yang masuk bursa sehingga akan meningkatkan good
               corporate governance
dan mendorong pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan bagi perusahaan.

        c.    Bagi WP UMKM yang berbentuk badan diberikan insentif pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal yang berlaku terhadap bagian
               peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 miliar. Pemberian insentif tersebut dimaksudkan untuk mendorong berkembangnya UMKM yang
               pada kenyataannya memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian di Indonesia. Pemberian insentif juga diharapkan dapat
               mendorong kepatuhan WP yang bergerak di UMKM.

        d.    Bagi WP orang pribadi Pengusaha Tertentu, besarnya angsuran PPh Pasal 25 diturunkan dari 2% menjadi 0,75% dari peredaran bruto.
               Penurunan tarif tersebut dimaksudkan untuk membantu likuiditas WP dengan pembayaran angsuran pajak yang lebih rendah serta
               memberikan kepastian dan kesederhanaan penghitungan PPh.

        e.    Bagi WP pemberi jasa yang semula dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto menjadi 2% dari peredaran bruto.
               Perubahan tarif tersebut dimaksudkan untuk memberikan keseragaman pemotongan pajak yang sebelumnya ada yang didasarkan pada
               penghasilan bruto dan sebagian didasarkan pada penghasilan neto. Dengan metode ini, penerapan perpajakan diharapkan dapat lebih
               sederhana dan tarif relatif lebih rendah sehingga dapat meningkatkan kepatuhan WP.

        f.    Bagi WP penerima dividen yang semula dikenai tarif PPh progresif dengan tarif tertinggi sampai dengan 35%, menjadi tarif final 10%.
              Penurunan tarif tersebut dimaksudkan untuk mendorong perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham, mendorong
              tumbuhnya investasi di Indonesia karena dikenakan tarif lebih rendah dan meningkatkan kepatuhan WP.

2.    Bagi WP yang telah mempunyai NPWP dibebaskan dari kewajiban pembayaran fiskal luar negeri sejak 2009, dan pemungutan fiskal luar negeri
       dihapus pada 2011. Pembayaran fiskal luar negeri adalah pembayaran pajak di muka bagi orang pribadi yang akan bepergian ke luar negeri.
       Kebijakan penghapusan kewajiban pembayaran fiskal luar negeri bagi WP yang memiliki NPWP dimaksudkan untuk mendorong WP memiliki
       NPWP sehingga memperluas basis pajak. Diharapkan pada 2011 semua masyarakat yang wajib memiliki NPWP telah memiliki NPWP sehingga
       kewajiban pembayaran fiskal luar negeri layak dihapuskan.

3.    Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk diri WP orang pribadi ditingkatkan sebesar 20% dari Rp 13,2 juta menjadi Rp 15,84 juta,
       sedangkan untuk tanggungan istri dan keluarga ditingkatkan sebesar 10% dari Rp 1,2 juta menjadi Rp 1,32 juta dengan paling banyak 3
       tanggungan setiap keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan PTKP dengan perkembangan ekonomi dan moneter serta mengangkat
       pengaturannya dari peraturan Menteri Keuangan menjadi undang-undang.

4.    Penerapan tarif pemotongan/pemungutan PPh yang lebih tinggi bagi WP yang tidak memiliki NPWP.
       a.
    Bagi WP penerima penghasilan yang dikenai pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak mempunyai NPWP dikenai pemotongan 20% lebih tinggi
              dari tarif normal.
       b.
    Bagi WP menerima penghasilan yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23 yang tidak mempunyai NPWP, dikenai pemotongan 100% lebih
              tinggi dari tarif normal.
       c.   
Bagi WP yang dikenai pemungutan PPh Pasal 22 yang tidak mempunyai NPWP dikenakan pemungutan 100% lebih tinggi dari tarif normal.

5.    Perluasan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Dimaksudkan bahwa pemerintah memberikan fasilitas kepada masyarakat yang
       secara nyata ikut berpartisipasi dalam kepentingan sosial, dengan diperkenankannya biaya tersebut sebagai pengurang penghasilan bruto.
       a.    Sumbangan dalam rangka penganggulangan bencana nasional dan infrastruktur sosial.
       b.    Sumbangan dalam rangka fasilitas pendidikan, penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia.
       c.    Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga dan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia.

6.    Pengecualian dari objek PPh
       a.    Sisa lebih yang diterima atau diperoleh lembaga atau badan nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan
              pengembangan yang ditanamkan kembali paling lama dalam jangka waktu 4 tahun tidak dikenai pajak.
       b.    Beasiswa yang diterima atau diperoleh oleh penerima beasiswa tidak dikenai pajak.
       c.    Bantuan atau santunan yang diterima dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak dikenai pajak.

7.    Surplus Bank Indonesia ditegaskan sebagai objek pajak.
       Aturan ini dimaksudkan untuk memberikan penegasan terhadap penafsiran yang berbeda tentang surplus BI. Menurut UU No.7 Tahun 1983
       tentang PPh, pengertian penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP dengan nama dan dalam
       bentuk apapun. Dengan demikian surplus BI adalah tambahan kemampuan ekonomis yang termasuk objek PPh yang diatur dalam UU PPh.

8.    Peraturan perpajakan untuk industri pertambangan minyak dan gas bumi, bidang usaha panas bumi, bidang usaha pertambangan umum termasuk
       batubara dan bidang usaha berbasis syariah, diatur tersendiri dengan Peraturan Pemerintah.

 

Sumber : Detik Finance

http://www.pajak.go.id/index.php?view=article&id=7454%3Atarif-tarif-baru-pajak-penghasilan&option=com_content&Itemid=125

 
Ridwan Andretya Cunis
Luminous Development Core


__._,_.___
Recent Activity:
Best Regard
Accounting community
.

__,_._,___